Content Curation vs Content Creation, dua pendekatan marketing strategy yang bikin perdebatan di kancah dunia digital marketing dan para Content Creator! Rekans, kamu tau gak sih bahwa kini ketika kita ngomongin soal produksi konten yang impactful—ada dua pilar strategi yang perlu dipertimbangkan.
Kedua strategi ini sama-sama memainkan peran yang penting dalam brand awareness, traffic, dan engagement. Ibaratnya bubur diaduk & enggak diaduk, udah ada kubu antar tim juga nih perihal ini. Tapi apa sih sebenarnya yang menjadi perbedaan antara Content Curation vs Content Creation? Dan mana yang lebih baik untuk optimalin marketing strategy kita?
Di artikel ini, kita bakalan kupas tuntas dua pendekatan strategi ini yang membawa arah baru dalam berkonten. Sebelum lanjut debat, #TimContentCuration dan #TimContentCreation simak dulu ya pembahasan artikel yang satu ini!
Content Curation alias Proses Kurasi Konten: Apa Itu?
Secara sederhana, content curation adalah proses mencari, mengumpulkan, dan membagikan konten yang relevan dari sumber lain kepada audiens kamu. Misalnya, kamu membagikan postingan media sosial dari sumber lain entah itu berupa video reels atau visual design, yang menurutmu sekiranya akan menarik, bermanfaat, dan relate dengan audiens.
Jadi, di dalam proses content curation ini kamu tidak membuat sebuah konten orisinil dari 0 melainkan membagikan konten dari pihak lain kepada audiens mu. Nah tentunya dengan tidak lupa membubuhkan kredit atau sumber ya, Rekans!
Content Curation juga dapat diartikan sebagai proses untuk mengedit, menghapus, atau mengupdate konten yang telah kita produksi atau publish. Besar harapannya adalah, agar konten kita bisa tetap fresh, riding the trend, dan audiens bisa tetap relate dengan konten kita.
Content Creation, Proses Pembuatan Konten Orisinil
Beda halnya dengan Content Curation, Content Creation adalah proses membuat konten orisinal dari 0 yang melibatkan ide atau topik yang original. Kalau kamu adalah seorang expert atau spesialisasi dalam bidang tertentu, bidang yang kamu kuasai ini bisa menjadi peluang bagus untuk konten yang akan kamu buat.
Nah, proses Content Creation ini tentunya perlu melibatkan brainstorming, kreativitas, dan proses produksi yang komprehensif sehingga menghasilkan konten berkualitas. Hal ini wajar banget, karena dalam Content Creation orisinalitas dan unique point dari brand kamu menjadi hal yang paling ditonjolkan nih, Rekans. Di tengah gempuran perang konten, konten kamu harus bisa menjadi yang paling beda dan mampu mengeluarkan tone, character, dan image dari si brand kamu sendiri.
Content Curation: Cocok Untuk Kamu Yang Punya Sumber Daya Limit!
Content Curation cocok untuk kamu yang memiliki sumber daya terbatas untuk proses produksi konten yang berkala. Sehingga alternatifnya adalah kamu bisa mengkurasi konten dengan menggunakan konten dari sumber lain. Jadi lebih hemat waktu sekaligus budget, karena enggak perlu buat dari awal.
Berikut hack and tips dari kita yang bisa kamu lakuin saat mengkurasi konten:
- Pilih konten terbaik dari topik yang sekiranya kamu kuasai dan relevan dengan audiens. Perhatikan kualitas dan kredibilitasnya.
- Tambahkan perspektif atau tanggapan kamu dengan variasi lain ketika kamu membagikan konten tersebut. Jangan lupa untuk membubuhkan kredit juga ya!
- Kalau mau cari konten-konten populer, kamu bisa manfaatin tools seperti BuzzSumo, Google Trend, X Trend, dan lain-lain.
- Terbuka dengan pendapat audience, is a must. Up to date dengan trend alias trend savvy, adalah bonus!
Content Curation ini secara enggak langsung bakal membantu meningkatkan brand awareness serta mengoptimalkan brand activation karena kita memperluas pemikiran dan ide dari konten orang lain, sambil kita tetap memberikan konteks dalam versi brand kita sendiri. Content Curation juga dapat menghindarkan konten kita dari serangan Content Fatigue.
Eits, tapi Content Curation ini juga membutuhkan riset dan analisis mendalam agar kita tidak terkesan melakukan plagiarisme dan konten yang kita saring serta pilih bisa memberi nilai tambah Rekans.
Content Creation: Ini Saatnya Your Brand Uniqueness Bersinar
Content Creation cocok untuk kamu yang memang menjadi expertise dalam suatu bidang tertentu. Dibanding dengan Content Curation, Content Creation akan membangun otoritas brand yang lebih kuat karena kamu membuat konten yang orisinil dari awal.
Konten yang orisinil dapat membangun kepercayaan bagi audiens serta menunjang proses konversi dan meningkatkan loyalitas audiens. Di sini, kamu juga memiliki kontrol penuh atas key message atau branding yang ingin kamu sampaikan mengenai brand kamu, Rekans. Contohnya seperti brand tumblr anak Gen Z yang lagi gencar-gencarnya nonjolin brand uniqueness lewat sustainable brandingnya.
Selain itu, dengan Content Creation kamu juga dapat membantu SEO secara organik dan konten yang kamu hasilkan reusable (dapat digunakan kembali). Konten reusable ini, nantinya bisa menjadi tabungan bank konten yang bisa kamu kurasi lagi ke depannya dengan menyesuaikan tren atau fenomena yang lagi hits.
Nah, karena proses Content Creation ini melibatkan proses produksi yang kompleks, maka Content Creation cocok juga untuk brand kamu yang memiliki sumber daya mumpuni. Misalnya SDM, kamu bisa mencoba memproduksi konten dengan tren Employee-Generated Content sebagai game changer untuk brand mu.
Atau apabila kamu memiliki sumber budget lebih, kamu juga bisa menghire outsource team untuk membantu dalam proses produksi agar menjadi lebih mudah. Seperti bekerja sama dengan digital marketing agency.
Namun dengan proses produksi yang memakan waktu, dalam Content Creation kamu tentunya harus konsisten. Karena Content Creation memerlukan usaha yang berkelanjutan dan sumber daya yang siap terus menerus. Jadi enggak bisa asal-asalan produksi ya Rekans!
Content Curation vs Content Creation: “Kalau Bisa Pilih Dua Kenapa Harus Satu”
Dilansir dari Upcontent.com, penelitian menunjukkan bahwa ternyata campuran 2 strategi ini adalah praktik paling ciamik untuk konten yang impactful.
Data menunjukkan bahwa, konten yang dikurasi menerima 33% lebih banyak engagement daripada konten yang dibuat di media sosial karena ia menarik audiens. Sementara konten yang dibuat memiliki tingkat CTR sebanyak 54% lebih tinggi ketika dengan audiens yang sudah terlibat.
Lalu gimana sih racikan formula yang tepat? 60% Content Curation dan 40% Content Production adalah formula konten yang impactful! Kamu perlu menjaga keseimbangan antara Content Curation vs Content Creation.
Kalau kamu hanya mengkurasi konten, kamu mungkin bakal kehilangan brand identity secara perlahan. Tapi kalau kamu hanya membuat konten, kamu jadi tidak bisa memperluas variasi atau melihat perspektif lain dari sebuah nieche.
Ada beberapa content curation tools yang bisa kamu coba seperti Pocket, BuzzSumo, Curata, dan masih banyak lagi.
Baca selengkapnya: 5 Content Curation Tools untuk Ningkatin Kualitas Konten!
Content Curation vs Content Creation, Uji Coba Tiada Henti
Tentunya formula ini bukan lah rumus pasti, sehingga Rekans harus terus melakukan evaluasi secara berkala ya. Kalau kata kita, Social Media its all about Trial & Error dimana A/B Testing ialah jalan ninja ku. Selalu sesuaikan strategi dengan goal yang ingin diraih serta sumber daya yang tersedia.
👉 Nah sebagai Digital Marketing Agency Bali, untuk urusan konten Reaktan siap bantu kamu! Mulai dari Content Planning dengan ide-ide fresh yang dikurasi dan dikreasi, sampai Content Production yang bikin Brand Uniqueness mu menonjol serta scalable. Ini bukan tentang “Mana yang lebih baik”, tapi ini tentang “Formula mana ya yang tepat?”
Baca juga selengkapnya :
5 thoughts on “Content Curation vs Content Creation: Mana yang Terbaik?”