
Baru-baru ini, kita lagi dikagetin banget nih Rekans sama perihal tumbler Kopi Tuku yang lagi viral di kalangan sosial. Gak heran kalau dari case soal tumbler Tuku ini, jadi banyak banget mouth of mouth yang penasaran tentang berapa harga tumbler Tuku atau tumbler Tuku itu apa sih? Bertanya-tanya nya lagi adalah, kenapa orang bisa sampai seloyal itu sama brand yang satu ini walau pun itu hanya sebatas merch berupa tumbler?
Aku tebak, Rekans di sini kebanyakan pasti adalah coffee-addict yang paling gak bisa kalau gak minum kopi untuk mulai harinya? Nah sebagai coffee-addict sejati, mari kita akui dulu deh sama-sama kalau: Kopi Tuku itu memang brand yang lebih dari sekadar coffee shop! Alias mereka itu benchmark, yang udah mengubah standar “ngopi di tetangga” jadi sesuatu yang cool abis.
Nah tapi balik lagi ke pertanyaan di atas. Walau “ngopi di tetangga” nya itu jadi hype, pernah mikir nggak sih, kenapa Kopi Tuku sampai bisa sesukses ini? Kenapa mereka bisa dicintai mati-matian, dijunjung seloyal mungkin, apalagi oleh Gen Z yang katanya picky banget soal brand?
Jawabannya bukan cuma soal rasa ‘Kopi Susu Tetangga’ nya. Jawabannya adalah combo maut dari Sustainable Branding + Lokalitas yang otentik. Yuk siap-siap, kita bongkar strateginya sampai ke akarnya Rekans! 🚀 🌿☕
Kunci 1: Brand Identity yang Akrab, Dekat, & Hangat (Lokalitas & Otentik Wins!)

Di era sekarang dimana jajaran coffee shop lain berlomba-lomba paving the way jadi tempat ngopi aesthetic ala Skandinavia, Kopi Tuku malah santai dan chill aja dengan vibes rumahan. Dan itu adalah power move!
Kalau ditelaah soal asal muasal namanya nih Rekans, mama “TUKU” itu sebenarnya berasal dari bahasa Jawa yang berarti “membeli.” Tapi kecenya di sini adalah kata “TUKU” kemudian dipadupadankan dengan istilah “Tetangga TUKU,” yang bikin ini jadi nama sapaan untuk para pecinta TUKU itu sendiri.
So pasti, berangkat dari hal sederhana sekecil ini aja, secara nggak langsung udah menyulap pengalaman para audiens tuku yang awalnya hanya beli kopi, jadi gak cuma sekedar beli kopi aja tapi juga jadi punya koneksi emosional yang hangat dengan brand. Alias berasa banget jadi one of bestie yang deket dan sobi abis sama Tuku!
Kopi Tuku: The OG Lokal dan Lo-Fi Aesthetic
- Bukan yang Trendy tapi yang Jadi Top of Mind: Desain gerai yang apa adanya dan tidak berusaha terlihat “trendy” melainkan berusaha untuk jadi yang lebih mudah dikenali dan diingat. Plus nama menu yang akrab (“Tetangga”), semua ini bikin Tuku terasa accessible. Mereka nggak pretentious, dan Gen Z suka banget yang jujur-jujuran apa adanya.
- Si Lowkey nan Otentik: Coba lihat feed awal mereka atau bagaimana mereka berinteraksi. Ada vibe Tumblr yang artsy, candid, dan nggak perlu filter 10 lapis. Ini adalah brand identity yang relatable. Gen Z ogah feed yang terlalu curated; mereka cari yang nyata, dan Tuku menyajikan itu.
Kalau Rekans perhatiin nih, konten yang gak terlalu curated dan nyata ini, pada akhirnya mencerminkan pengalaman offline yang gak dibuat-buat alias autentik tapi tetap membumi. Yang tersaji cuma visual foto yang clean, konten-konten UGC, dan pastinya storytelling dengan tone yang hangat, akrab, dekat, dan melokal.
Tuku nunjukkin bawah mereka lebih fokus dengan identitas brand dan interaksi atau pengalaman audiens yang bermakna, bukan sekadar view atau likes doang. Ini yang namanya Brand Activation with strong Brand Identity, engagement yang gak melulu ngejar soal viralitas dan aktivitas online. Tapi juga penekanan pada aktivitas offline yang bermakna.
- Lokalitas = Kepercayaan: Tuku membuktikan bahwa kamu nggak perlu kebarat-baratan buat jadi hype. Justru, bangga dengan akar lokal adalah kunci kekuatan strategi branding untuk membangun brand identity yang unik dan susah ditiru.
Ssst.. dan satu lagi nih Rekans, kenapa Kopi Susu Tetangga begitu santer gaungnya, itu karena strategi branding kopi lokal ala TUKU gak sekedar bergantung sama menu foodies yang lagi tren atau seasonal menu. Identitas lokal kini jadi bagian dari differensiasi.
Smart Insight: Jadilah otentik dan jangan pernah takut untuk melokal, Rekans. Kalau brand identity kamu down-to-earth, jangan terlalu memaksa untuk jadi high-end. Kemelekatan dengan ritme sehari-hari yang sederhana dan jujur, adalah magnet Gen Z.
Baca juga: Kopi Keliling? Coffee Shop Revolusioner lewat Brand Activation
Kunci 2: Sustainable Branding Gak Pake Ribet, Tumbler Tuku!

Bicara soal sustainable branding dan sustainable marketing, Tuku melakukannya dengan elegan alias tanpa teriak-teriak di iklan. Tuku sekali lagi membuktikan bahwa strategi digital marketing itu gak harus selalu ramai dan agresif melulu. Utamakan brand voice, bukan sekedar brand noise.
Sustainable Branding ala Kopi Tuku: Tumbler Tuku Sampai Ekosistem Berkelanjutan
Gen Z itu pintar. Mereka tahu mana greenwashing (pura-pura peduli lingkungan) dan mana yang tulus. Tuku menunjukkan ketulusan itu lewat aksi:
- Dukungan Petani Lokal itu Sexy: Tuku konsisten menyoroti para petani lokal sebagai pahlawan di balik setiap cangkir yang tersaji setiap harinya. Ini menunjukkan Tuku punya integritas tinggi dan tanggung jawab sosial yang nyata. Ini adalah inti dari sustainable marketing! Mereka nggak cuma ngomongin profit, tapi juga people and planet.
- Membangun Komunitas (Bukan Cuma Konsumen): Ingat tagline “Tetangga”? Itu sebenarnya adalah mindset yang kuat, Rekans. Tuku membangun hubungan jangka panjang di lingkungannya. Strategi sustainable branding mereka berfokus pada nurturing ekosistem lokal, bukan cuma menghabiskan sumber daya.
- Nilai yang Sama: Gen Z sangat peduli isu keberlanjutan. Ketika Tuku menunjukkan komitmen, otomatis value mereka sejajar. Ini bikin Tuku jadi brand yang ‘aman’ untuk didukung dan worth it untuk dibicarakan.
Smart Insight: Kopi Tuku tidak menjual kopi. Mereka menjual value, yaitu bangga lokal, jujur, dan peduli. Strategi sustainable branding mereka adalah menciptakan brand yang berempati. Selain poin di atas, mereka juga nerapin sustainable branding ini lewat merchandise-merchandise yang mereka jual. Dan salah satunya yang selaras sekaligus riding the trend banget adalah, Tumbler Tuku!
Baca juga: Sustainable Branding dan Tumbler yang Jadi Gaya Hidup Gen Z
Gimana Biar Brand Kamu Se-Otentik Kopi Tuku?

Jadi, Rekans, sudah jelas kan resep rahasia Tuku? Ini bukan soal big budget, tapi soal mindset.
- Stop Pretending: Kembangkan brand identity yang real dan otentik. Jangan takut terlihat sederhana.
- Go Lokal, Go Kuat: Lokalitas kini adalah superpower kamu. Fokus pada storytelling tentang akar, identitas lokal, dan komunitas kamu. Kalau mau menyisipkan bahasa daerah, itu bakal jadi nilai A+!
- Think Sustainably: Terapkan sustainable branding and marketing dengan fokus pada long-term relationship (dengan pelanggan, pemasok, dan lingkungan), bukan cuma short-term or quick sales.
Brand Gak Cuma Kuat, Tapi Juga Harus Dekat

Kopi Tuku telah membuktikan: di era digital, yang menang terkadang bukan hanya brand yang kuat tapi juga brand yang terasa dekat. Brand yang punya hati dan punya cerita. Mereka sukses meramu value lokalitas yang berbalut estetika otentik nan low-key, dengan komitmen sustainable branding yang high-impact.
Sebagai Marketing Agency Bali yang sudah handle 70+ UMKM di Bali sejak 2019, Reaktan Asia Digital as Digital Agency Bali siap bantu kamu untuk merancang strategi digital marketing yang gak hanya scalable, tapi juga sustainable dan impactfull! Reaktan Asia Digital as Digital Marketing Agency Bali paham, kalau dunia digital marketing udah sampai ke Marketing 6.0, yang fokus dengan pengalaman marketing yang meaningful dan relatable dengan sendi kehidupan sehari-hari.
Gimana, Rekans? Sudah siap putar haluan dan upgrade strategi branding kamu biar se-lokal, se-autentik, dan se-tetangga Kopi Tuku? 😉
Baca juga:
- Fore Coffee: Konten Transparan untuk Brand Positioning Menawan
- 7 Jurus Bikin Brand Voice Ciamik untuk Audiens!
- Ambush Content and Stealth Marketing, Strategi Marketing Halus!
- Psikologi Warna Untuk Bisnis Kuliner? Ini Tips Rahasianya!



